Kamis, 30 Desember 2010

Kesedihan Bukan Kepedihan

Bersedih boleh meminimakan nilai hidup.. Kenapa perlu bersedih? Dan apa pula bersedih itu? Sedih itu adalah penyakit hati.. Bersedih ialah emosi normal bagi seorang manusia.. Jika tidak bersedih ini bermakna dia bukan seorang manusia yang normal.. Ya.. Itu aku pasti.. Bila masa pula perlu bersedih? Perasaan itu akan menyerang secara tiba² mengikut situasi dan keadaan..
Setiap manusia diberi personaliti berbeza.. Berbeza juga perasaannya.. Ada yang menganggap sedih itu indah.. Selalunya kesedihan itu akan menjadi kenangan yang sangat mahal tatkala kegembiraan mulai mekar.. Ada yang menganggap sedih itu terlalu pahit.. Memang sukar dipendam ataupun dipadam.. Sampai bila² pun ia tetap menjadi calar dalam larian kehidupan..
Kesedihan adalah antonim bagi kegembiraan.. Sama seperti racun yang berantonimkan penawar.. Jadilah kegembiraan itu sebagai ubat.. Bukannya sukar mencari kegembiraan seperti sukarnya menerima kesedihan.. Nikmati kegembiraan itu sebaiknya supaya ianya bakal menjadi penawar yang baik suatu hari nanti mungkin..
Sedih itu pilihan? Salah! Aku tak setuju.. Memang perlu bersedih tapi bukan menjadikannya pilihan..
Dulu aku memang selalu sedih dengan kehidupan.. Bukan saja kehidupan aku, kehidupan keluarga aku, kehidupan kawan aku, kehidupan kawan kepada kawan aku, kehidupan kawan kepada ketua kampung aku, tapi semualah! Akhirnya aku fikir kehidupan bukannya kekal, kenapa tidak teruskan saja dengan kegembiraan bukan?
Dulu aku sangat hirau dengan sekeliling.. Semua ambil pusing.. Setiap kata aku simpan, setiap cacian aku sematkan.. Tapi semuanya bukan kearah kecermelangan kegemilangan dan keterbilangan.. Semuanya bersifat kebencian kedengkian dan kelakhanatan.. Akhirnya aku biarkan mulut busuk itu terus menyebarkan ketengitannya tanpa aku menhirup baunya..
Dulu sedih juga berpisah dengan kekasih sendiri.. Tapi bila difikarkan untuk apa? Bunga bukan sekuntum (bosan sudah aku dengar pepatah yang ini) biarpun bukan semua bunga tidak mahu kepada kumbang ini, tapi si kumbang akan terus juga mencari madunya (kena faham maksud sebenar yang ini)

Kamis, 23 Desember 2010

Pacaran Sehat..apaan tu..

Remaja dan pacaran. Kayaknya dua hal ini semakin sulit dipisahkan. Kalau kita udah merasa cukup Gedhe, rasanya nggak gaul kalo kita nggak punya pacar. Malu dong sama temen temen, kesannya nggak laku banget! Bener nggak sih?? Ketakutan nggak punya pacar bisa bikin remaja pada nekat lho! “Pokoknya dapet pacar, siapa aja, asal mau sama aku..” hehehehe…gimana kalo pacarmu penjahat? Atau lebih gawat lagi kalo lama nggak dapat dapat, maka rasa percaya diri makin lama makin ilang, kita jadi minder, menutup diri, dan sedih bekepanjangan. Terus ada juga mereka yang “beruntung” punya pacar cakep, saking bersyukurnya apa aja kemauan pacar dikabulkannya, gara gara takut “lepas”. Jadi yang namanya pacaran tuh ternyata gampang gampang susah. Jaman sekarang orang pacaran banyak banget godaannya (apalagi pacaran, nggak punya pacar godaannya juga udah banyak!). Tiap hari ada aja cerita tentang orang pacaran terus “kecelakaan”, maksudnya hamil nggak sengaja, terpaksa nikah, aborsi, jadi korban pelecehan pacar sendiri, jadi stress karena back street, kena penyakit kelamin, dll.
Pacaran atau tidak itu adalah sebuah pilihan. Nggak ada lagi aturan yang mengatakan bahwa remaja tuh nggak gaul kalo nggak pacaran. Kalau nggak pengen pacaran, ya kita nggak usah pacaran. Orang pacaran musti jelas motivasinya, dan harus positif. Kalo nggak, mending nggak usah aja. Jangan salah mengartikan gaul ya. Yang namanya gaul tuh justru mereka yang percaya diri, berprestasi, tahu apa yang dia mau, dan tentu saja tahu bagaimana mengemukakan keberatan kalo dia memang nggak mau.
Nah kalo kita mau pacaran, pastikan deh gaya pacaran kita itu masuk kategori pacaran sehat. Yang namanya pacaran sehat bukan berarti tiap kali ngapel kita sambil push-up, main basket atau senam aerobic lho! Pacaran sehat itu berarti pacaran yang tidak “bikin penyakit”. Maksudnya pacaran yang bertanggung jawab, jelas tujuannya, dan tidak merugikan satu sama lain.

Nah, bagaimana gaya pacaran kita bisa disebut sehat?
1. Sehat fisik
Sehat secara fisik berarti enggak ada kekerasan dalam berpacaran. Biarpun cowok secara fisik lebih kuat, bukan berarti bisa seenaknya menindas kaum cewek. Pokoknya, dilarang saling memukul, menampar, apalagi menendang. (he-he-he…)

2. Sehat emosional
Hubungan kita dengan orang lain akan terjalin dengan baik apabila ada rasa nyaman, saling pengertian dan keterbukaan. Kita enggak cuma dituntut untuk mengenali emosi diri sendiri, tetapi juga emosi orang lain. Dan yang penting lagi adalah bagaimana kita mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik. Kita memang enggak boleh juga melakukan kekerasan nonfisik, marah-marah, apalagi mengumpat-umpat orang lain, termasuk pacar kita.

3. Sehat sosial
Pacaran tidak mengikat. Artinya, hubungan sosial dengan yang lain harus tetap dijaga. Kalau pagi, siang, dan malam selalu bareng sama pacar, bisa bahaya lho! Kita enggak bakalan punya teman. Dan bukan enggak mungkin, kita akan merasa asing di lingkungan sendiri. Enggak mau, kan?

4. Sehat seksual
Secara biologis, kita yang masih remaja ini mengalami perkembangan dan kematangan seks. Tanpa disadari, pacaran juga memengaruhi kehidupan seksual seseorang. Kedekatan secara fisik bisa memicu keinginan untuk melakukan kontak fisik. Kalau diteruskan, bisa enggak terkontrol alias kebablasan. Jadi, dalam berpacaran kita harus saling menjaga. Artinya enggak melakukan hal-hal yang berisiko.

Senin, 20 Desember 2010

CITA-CITA

Cita-citaMungkin sebahagian orang berpikir, kalau cita-cita ini hanya milik anak-anak, sudah bukan lagi milik kita sekarang (maksudnya yang sudah jadi orang tua, atau stw…setengah tua, dll)
Sebenarnya itu nggak sepenuhnya benar, meski usia kita mungkin sudah tidak muda lagi, kita masih harus tetap mempunyai cita-cita. Tapi mungkin cita-citanya sedikit berbeda dan mungkin lebih fokus, krn setidaknya kita mulai merasakan asam garamnya dalam kehidupan ini.
Cita-cita
Pengertian Cita-Cita sendiri menurut saya sbb (terjemahan bebas, sebebas-bebasnya menurut saya….hahaha…) :
Arti cita-cita adalah:
Suatu impian atau harapan seseorang akan masa depannya. Bagi sebagian orang cita-cita itu adalah tujuan hidup, namun bagi sebahagian yang lain cita-cita itu hanyalah khayalan belaka.
Bagi orang yang menganggapnya sebagai tujuan hidupnya maka cita-cita adalah sebuah impian yang dapat membakar semangat untuk terus melangkah maju dengan langkah yang jelas, usaha yang gigih dan mantap dalam kehidupan ini sehingga menjadikannya sebuah “Akselerator Pengembangan Diri”.
“Manusia yang berhenti bercita-cita merupakan Tragedy terbesar dalam hidup manusia, karena tanpa cita-cita orang akan mati”.
Manusia tanpa cita-cita bagaikan seseorang yang sedang tersesat, yang berjalan tanpa tujuan yang jelas sehingga ia bahkan dapat lebih jauh tersesat lagi karena tak tahu arah yang dituju.
Cita-cita dapat saya diibaratkan sebuah Rancangan Bangunan Kehidupan Seseorang.
Bangunan yang tersusun dari: Batu bata keterampilan, Semen ilmu dan Pasir potensi diri.
Bagaimanakah jadinya nanti, jika seseorang yang memiliki beribu-ribu batu bata, berpuluh-puluh karung semen dan berkubik-kubik pasir serta berbagai macam bahan-bahan bangunan yang pendukung lainnya untuk membuat rumah. Tapi dirinya tidak mempunyai rancangan maupun bayangan seperti apakah bentuk rumah itu nantinya.
Dapat saya pastikan, orang itu akan mendapatkan rumah dengan bentuk yang aneh / tidak menarik, gampang roboh atau bahkan kita tidak akan pernah bisa membuat sebuah rumahpun.
Bagi saya Cita-cita bukan hanya terkait dengan sebuah Profesi, namun lebih dari itu Cita-cita adalah “Sebuah Tujuan Hidup”
Kebayakan orang yang mengganggap Cita-cita itu ibarat mimpi atau impian itu sama dengan khayalan atau angan-angan.
Tetapi menurut saya itu tak sama !.
Cita-cita atau impian itu lebih ke arah sesuatu yang dapat digapai, sedangkan khayalan atau lamunan itu lebih ke arah keinginan yang tidak dapat direalisasikan.
Cita-cita yang baik tentu saja adalah cita-cita yang dapat dicapai melalui: “Kerja keras / Usaha yang gigih, Kreativitas yang tinggi, Inovasi tiada henti, Motivasi yang penuh energi, Dukungan orang lain, dan sebagainya”.
Beda 180 derajat dengan Khayalan yang merupakan hasil melamun yang cenderung tidak logis bahkan bersifat mubazir karena banyak waktu yang terbuang untuk yang tidak berguna.
lagi.

CINTA DALAM SKETSA

Sketsa wajah goresan pensil warna,
Menyeretku ke gerbang mimpian,
Melayang jauh ke masa silam dulu,
Ketika tubuhmu luruh,
Jiwakupun sa’at itu terbang,
Seiring kepak burung camar yang terbang,
Wangi cintamu membiusku hingga hilang akal,
Aku mengigil karena terbakar,
Namun, deburan ombak memisahkan kita,
Kerap kupanggili namamu,
Meski lewat helaan nafas yang kadang sulit & dalam,
O…Angin tolong bawa aku terbang,
Bawa aku melayang jauh mengembara,
Jauh melewati batas angan & impian yang durja,
Agar aku dapat terus bermimpi dan berkhayal,
Menemukan cinta dalam sebuah Sketsa ,
Sketsa wajah yang mulai usang,
Digilas cuaca dan usia,
Waktu seakan tertatih namun terus berputar,
Namun sketsa wajah itu lekat tak pernah hilang,
Untuk membuktikan bahwa cintaku kekal abadi,

Selasa, 14 Desember 2010

MENYELAMI KEINDAHAN KESEDIHAN

Tidak bisa ditolak, tidak bisa diusir, apa lagi dipasangi pagar besi, ada 
saat-saat di mana sahabat kehidupan yang bernama kesedihan datang berkunjung. 
Ada saja jalan dan cara yang menyebabkan kesedihan datang berkunjung. Itu juga 
yang kadang terjadi dalam sepenggal perjalanan kehidupan saya.
 
Kematian Ayah, Ibu dan Ibu mertua dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama 
sempat membuat tumpahnya air mata yang tidak sedikit. Lebih-lebih sebagai anak 
bungsu yang mengenal orang tua dalam kurun waktu yang paling pendek. Ada 
rangkaian hutang yang belum puas untuk dibayar. Ada hawa-hawa rindu seorang 
anak yang belum sepenuhnya terobati. Tetapi apapun yang terjadi, tetap 
perpisahan di tingkat tubuh fisik melalui kematian harus dijalani.
 
Ketika masih menjabat sebagai CEO sebuah perusahaan dengan dua ribuan karyawan, 
pernah ada seorang teman lama dan dekat yang menawarkan proposal bisnis, dan 
penawarannya ditawar, ternyata niat untuk minta discount berujung pada surat 
putus hubungan. Dan ketika dihubungi lewat telepon, kata-kata yang muncul tidak 
membukakan pintu maaf. Lagi-lagi kesedihan berkunjung.
 
Demikian juga tatkala seorang sahabat mengirimkan e-mail karena tersinggung 
akibat serangkaian miskomunikasi yang dilakukan anak buah. Hanya karena 
persoalan sponsorship hampir saja saya kehilangan seorang sahabat. Dan 
untungnya sang kesabaran menuntun saya untuk menelpon, mendengarkan, meminta 
maaf dan akhirnya bisa diselesaikan. Namun, kesedihan terlanjur mengintip di 
pintu kehidupan sana.
 
Ada memang teman yang menyebut kehidupan demikian dengan kehidupan yang terlalu 
sensitif. Dan apapun sebutannya, tidak ada orang yang bisa menolak 
berkunjungnya kesedihan.
 
Di beberapa bagian dunia, ada masyarakat yang menyebut kesedihan sebagai akibat 
dari perbuatan buruk sebelumnya atau di masa lalu. Ada masyarakat lain yang 
menyimpulkannya sebagai hukuman. Sehingga kesedihan muncul dengan wajah yang 
menakutkan dan menyedihkan. Dan larilah manusia jauh-jauh dari sahabat 
kehidupan yang bernama kesedihan. Semakin jauh manusia lari dari kesedihan, 
semakin cepat sahabat kesedihan mengejarnya dari belakang.
 
Disebut sahabat, karena kesedihan tidak selamanya seperti musuh yang senantiasa 
membawa batu, palu dan pisau untuk menyakiti. Dalam sinar-sinar kejernihan, 
kesedihan bisa membawa bunga-bunga kebijaksanaan, kedewasaan, kearifan dan 
kematangan. Meminjam bahasa Kahlil Gibran dalam The Prophet, ketika kita 
bercengkerama dengan kebahagiaan di kamar tamu, kesedihan sedang menunggu di 
tempat tidur. Tidak bisa kita lari terlalu lama dari sahabat serumah. Dan 
bukankah ini sejenis kedewasaan, kearifan dan kematangan yang ditunjukkan 
wajahnya oleh sinar-sinar kesedihan ?
 
Dalam bentuknya yang lebih indah lagi, kesedihan bisa juga menjadi lilin terang 
yang menerangi beberapa wilayah gelap (blind spot) yang selama ini tidak 
terlihat. Kematian orang-orang tercinta, sebagai contoh, awalnya memang 
menghadirkan air mata, tetapi belakangan jadi tahu kalau orang-orang yang sudah 
tiada memiliki peran-peran yang jauh lebih besar dari yang pernah terbayangkan. 
Dipecat teman, sebagai contoh lain, membukakan cakrawala bagi saya, kalau ada 
orang yang tersinggung kalau penawarannya ditawar. Sahabat yang tersinggung 
juga demikian, ia membimbing kita untuk tahu sumber-sumber ketersinggungan 
orang lain.
 
Ada lagi keindahan lebih tinggi yang dihadirkan kesedihan. Hanya dengan 
kesedihanlah wajah kebahagiaan muncul lebih indah kemudian. Bahkan, kebahagiaan 
yang biasa-biasapun bisa berwajah indah ketika manusia baru saja melewati 
kesedihan. Sebutlah nasi putih sama sayur asem saja, ia terasa enak sekali begi 
perut yang baru melewati rasa sedih akibat kelaparan. Sebagai bukti lain, 
orang-orang yang pernah bersedih, menikmati kebahagiaannya dengan kualitas rasa 
syukur yang jauh lebih baik.
 
Di puncak dari semua itu, kesedihan membawa manusia pada kualitas kehidupan 
tinggi yang bernama kesabaran. Dan dengan kesabaran, bukankah manusia bisa 
menyeberangi lautan kehidupan yang paling dahsyat sekalipun? Gelombang pasang 
perceraian, perkelahian di pinggir jalan, peperangan antarsuku dan antarnegara, 
perpecahan kepemilikan perusahaan hanyalah sebagian contoh samudera kehidupan 
yang bergejolak, namun bisa diseberangi dengan perahu kesabaran.
 
Berkaca dari semua ini, tubuh manusia memang manja sekali. Buktinya selalu 
menolak datangnya kesedihan. Namun, suara-suara kejernihan bertutur lain, 
kesedihan juga ladang-ladang luas keindahan. Kesedihan tidak saja membawa 
clurit menakutkan, tetapi juga membimbing ke rangkaian kualitas yang tidak bisa 
dilakukan oleh kebahagiaan yang paling tinggi sekalipun.
 
Entah siapa yang membimbing, tiba-tiba di tengah suasana sedih akibat seorang 
sahabat tersinggung, tangan-tangan ini seperti menulis sendiri di atas key 
board komputer. Begitu berhenti sebentar, tiba-tiba mengambil buku Deepak 
Chopra yang berjudul The Deeper Wound, dan di salah satu bagian covernya berisi 
tulisan sederhana: true self contains the light that no darkness can enter. 
Diri ini yang sebenarnya berisi sinar yang tidak bisa dikalahkan kegelapan. 
Kosong Itu Isi (Penulis: Gede Prama)
 
"Ada sebuah wilayah yang jarang ditelusuri ilmu pengetahuan, wilayah tersebut 
diberi sebutan kosong. Dalam matematika, ia diberi simbul angka nol. Dalam 
tataran wacana yang biasa, ia diidentikkan dengan ketiadaan. Sesuatu yang 
memang tidak ada, tidak bisa dijelaskan, tidak terlihat, apa lagi bisa diraba. 
Pokoknya, kosong itu berarti tidak ada.
 
Agak berbeda dengan orang barat memandang kekosongan, orang timur mengenal 
istilah koan. Sebagaimana hakekat kosong yang tidak bisa dijelaskan, ide 
terakhir juga bersifat unexplainable. Ia mungkin hanya bisa ditanyakan. 
Pertanyaan koan yang paling terkenal berbunyi begini: bagaimanakah bunyi tepuk 
tangan yang hanya dilakukan oleh sebelah tangan?
 
Siapa saja akan mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan terakhir. 
Lebih-lebih kalau sumber jawaban yang dimiliki hanya bersumber pada 
logika-logika empiris. Sulit dibayangkan, ada seseorang atau sekumpulan orang 
yang pernah mendengar bunyi tepuk tangan yang hanya dilakukan sebelah tangan. 
Sama sulitnya dengan membuat nyata angka nol.
 
Tanpa bermaksud menjawab pertanyaan terakhir, sekarang coba perhatikan cangkir, 
gelas, piring, rumah, lapangan sepak bola, sampai dengan alam semesta. Bukankah 
semua itu jadi berguna karena menyimpan ruang kosong. Sulit dibayangkan, 
bagaimana kita manusia bisa memetik guna dan manfaat dari cangkir, gelas, rumah 
dan lapangan sepak bola yang penuh. Apa lagi ruang kosong super besar yang 
menutup alam semesta. Andaikan ruang kosong terakhir tertutup benda yang 
memungkinkan kekosongan tadi lenyap, dari mana manusia menghirup udara? 
Bukankah semua kehidupan akan mati percuma dan tiada guna?
 
Dalam bingkai-bingkai pertanyaan (bukan pernyataan) seperti ini, saya menjaga 
jarak terhadap sinyalemen matematika yang mengidentikkan kekosongan dengan 
angka nol yang berarti tiada. Kekosongan, setidaknya dalam bingkai pertanyaan 
di atas, memiliki arti, guna, serta manfaat yang tidak kalah dengan apa-apa 
yang sejauh ini disebut berisi. Bahkan, sebagaimana dicontohkan oleh lapangan 
sepak
sejauh ini disebut dengan isi. Bahkan, dalam beberapa bukti (seperti udara yang 
bermukim di ruang kosong) kekosongan menghadirkan substansi manfaat yang lebih 
besar.
 
Setelah dibuat berkerut sebentar oleh penjelasan di atas, mari kita bawa 
perdebatan tentang kekosongan terakhir ke dunia mind. Ilmu pengetahuan dan 
sekolah memang membuat mind jadi penuh dengan isi. Ada isi yang bernama fisika, 
matematika, statistika, manajemen dan masih banyak lagi yang lain. Dan berbeda 
dengan isi rumah, atau isi cangkir, isi mind memiliki pengaruh yang besar dalam 
hal bagaimana mata melihat dunia.
 
Orang-orang yang tahu dan paham betul akan statistika, memiliki penglihatan 
berbeda dengan mereka yang awam akan statistika. Serupa dengan itu, sebagai 
orang yang lahir dan tumbuh di dunia manajemen, saya memiliki pandangan yang 
sering kali berbeda dengan sahabat-sahabat yang tidak pernah tumbuh di lahan 
manajemen. Hanya kedewasaan dan kearifan yang memungkinkan perbedaan terakhir 
kemudian bergerak maju ke dalam pengkayaan-pengkaya an.
 
Sayangnya, tidak banyak yang memiliki kedewasaan dan kearifan terakhir. 
Sehingga jadilah fully occupied mind, baik karena penuh oleh pengetahuan, 
pengalaman, kepentingan maupun yang lain, tidak sebagai sumber dari banyak hal 
yang berisi. Sebaliknya, menjadi awal dari penghancuran- penghancuran yang 
tidak berguna dan berbahaya.
 
Sebutlah wacana-wacana dikotomis benar-salah, sukses-gagal, sedih-gembira. Ia 
adalah hasil ikutan dari over intelectualizing yang dilakukan oleh 
kepala-kepala yang penuh dengan isi. Ia memang memenuhi banyak buku, jurnal, 
majalah, koran. Dan pada saat yang membuat semuanya jadi fully occupied. 
Sehingga tidak menyisakan sedikitpun ruang kosong wacana. Sebagai hasilnya, 
sudah mulai ada orang yang gerah kepanasan, bahkan ada yang mulai tidak bisa 
bernafas, dan pada akhirnya mati suri tanpa disadari.
 
Satu spirit dengan kekosongan alam semesta yang memungkinkan manusia menghirup 
udara gratis, mungkin ada manfaatnya untuk menoleh pada unoccupied mind, unborn 
mind, atau apa yang kerap saya sebut dengan unschooled mind. Sebagaimana tubuh 
yang memerlukan udara segar, mind juga memerlukan kesegaran-kesegaran .
 
Dan di titik ini, kekosongan adalah alternatif yang layak untuk direnungkan. 
Coba Anda perhatikan apa reaksi orang-orang kalau tiba-tiba di depannya ada 
mobil bergerak menuju dirinya. Entah orang kaya, orang miskin, orang desa, 
orang kota, orang tua maupun muda, beresponnya sama: lari atau melompat 
ketakutan. Saya kerap memperhatikan bunyi anak-anak menangis. Entah itu di 
Inggris, Australia, Prancis, Amerika atau Indonesia, tangisan bayi senantiasa 
sama. Ini hanya sebagian contoh dan bukti the unborn mind. Percaya atau tidak, 
dalam keadaan-keadaan tertentu, semua manusia bisa kembali ke sana, ke alam 
kosong yang penuh dengan isi."
 
Ada orang yang takut memang pergi ke sana. Dan saya termasuk orang yang rajin 
bereksplorasi di sana. Mirip dengan alam pegunungan yang tidak terjamah 
manusia, di mana udaranya demikian segar dan menjernihkan, unborn mind juga 
serupa. Kesegaran, kejernihan dan kebeningan hadir dalam dunia kosong yang 
berisi. Paradoksnya, bukankah tulisan pendek ini juga penuh dengan isi? Karena 
itulah saya menyesal besar pernah menulis tulisan ini dimanapun. Dan kesedihan, 
sebagaimana proses kontemplasi di atas, adalah salah satu kekuatan yang bisa 
membuat sinar tadi mulai bercahaya secara perlahan. Sudahkah Anda menemukan 
cahaya tadi melalui perahu kesedihan?

*Kehidupan itu adalah seperti Karya Seni Lukis. Kita melukisnya melalui 
tindakan, kata-kata dan tingkah laku kita". 

UNGKAPAN HATI

Inilah ungkapan hatiku yang sebenarnya, yang telah aku tujukan untukMU wahai sang Pencipta Yang Maha Kuasa dan Yang Maha Segala-galanya. Telah lama sudah aku jalani hidup dengan penuh pengalaman-pengalaman bathin yang membuat hidupku selalu penuh dengan kegelisahan-kegelisahan yang tidak pernah aku tahu maknanya. Dan aku hanya berkata, mungkin semua ini hanyalah cobaan dariNYA untuk menaikkan derajat aku disisiNYA. Aku hampir saja tidak mampu untuk menghadapi semua cobaan-cobaan, namun atas segala kasih sayangNYA, insya Allah aku akan berusaha semampunya untuk menghadapi semua cobaan-cobaan ini, karna aku ingat dengan sebuah firman Allah SWT yang berbunyi : Laa yukallifullahu nafsan illa wus 'ahaa, yang artinya Allah tidak akan memberikan cobaan kepada manusia, kecuali berdasarkan dengan kemampuannya. Maka karna firman Allah itulah akhirnya aku dapat bertahan dari segala macam cobaan-cobaan yang datang menghampiri aku.

Wanita itu terbuat dari tulang rusuk yang bengkok, yang apabila terdapat kesalahan padanya, pria harus berhati2 dalam meluruskannya. Jika terlalu keras akan mematahkannya dan jika dibiarkan juga salah karena akan tetap dalam kebengkokannya. Meski demikian tidak sedikit pria yang harus membiarkan wanita kecewa demi meluruskan kesalahan itu, toh setiap pria yang melakukan hal itu pun sangat yakin bahwa kekecewaan itu hanya sesaaat karena selanjutnya akan berbuah manis. Wanita itu ibarat bunga, yang jika kasar dalam memperlakukannya akan merusak keindahaanya, menodai kesempurnaannya sehingga menjadikannya layu tak berseri. Ia ibarat selembar sutera yang mudah sobek oleh terpaan badai, terombangambing oleh hempasan angin dan basah kuyup meski oleh setitik air. Oleh karenannya, jangan biarkan HATINYA ROBEK dan TERLUKA karena ucapan yang menyakitkan karena hatinya begitu lembut, jangan pula membiarkannya sendirian menantang hidup karena sesungguhnya ia hadir dari kesedndirian dengan menawarkan setangkup ketenangan dan ketentraman. Sebaiknya tidak sekali-kali membuatnya menangis oleh sikap yang mengecewakan, karena biasanya tangis itu tetap membekas di hati meski airnya tak lagi membasahi kelopak matanya. Wanita itu mutiara. Orang perlu menyelam jauh ke dasarnya untuk mendapatkan kecantikan sesungguhnya. Karenannya, melihat dengan tidak membuka tabir hatinya niscaya hanya semu sesaat yang seringkali mampu mengelabui mata. Orang perlu berjuang menyusur ombak, manahan arus dan menantang semua bahayanya untuk bisa meraihnya. Dan tentu untuk itu, orang harus memiliki bekal yang cukup sehingga layak dan pantas mendapatkan mutiara indah itu. Wanita itu separuh dari jiwa yang hilang. Maka oarng harus mencarinya dengan seksama, memilihnya dengan teliti, memilihnya dengan hati sebelum menjadikannya pilihan jiwa. Karena jika salah, ia tak akan menjadi sepasang jiwa yang bisa menghasilkan bunga2 cinta melainkan nokhta merah menyemai petikaian. Ia tak akan bisa

UNGKAPAN KESEDIHAN

Kenapa ku begitu rapuh
Saat ku berhadapan dengan lelaki
Kenapa ku tak berdaya
Saat ku berada dekat dengan lelaki
Lelaki yang membuat sakit ku
Perih ku
Dan bahagia ku

Saat ku berfikir bahwa lelaki itu orang yang tepat
Tuhan akan membukakan mata ku
Saat ku merasa lelaki itu orang yang salah
Tuhan akan meyakinkan ku
Tuhan telah menghendaki ku
Untuk bertemu dengan lelaki yang salah
Sebelum akhirnya ku temukan lelaki yang tepat
Entah kapan saat itu tiba
Saat ku menemukan lelaki yang tepat

Sabtu, 04 Desember 2010

Apakah Tujuan Kehidupan Spiritual

Masyarakat modern tampaknya akan menjawab dengan penuh keraguan.
Pola Kehidupan Spiritual bahkan menjadi suatu mode dan trendi di dunia barat. Dimana banyak yang dengan mudahnya berganti-ganti kepercayaan dan keyakinan bagaikan merubah penampilan untuk mengikuti trendi dan mode yang sedang populer di masyarakat.
Bahkan banyak pula yang menjadi pemeluk aliran tertentu, agar lebih dikenal dan tampak lain dari yang lainnya. Adapula yang menggunakan aliran kepercayaan tertentu demi kepentingan pribadi, sehingga dapat mencapai suatu karir dan jabatan tertentu.
Banyak pula yang memandang kehidupan spiritual hanya sebatas puja-bhakti, membaca sutra dan mantra, melakukan mudra, persembahan dupa dan altar, upacara, pemberkatan, penyembuhan, ramalan. Semua pandangan diatas adalah benar sebagai bagian yang berhubungan dengan kehidupan spiritual, tetapi semua itu bukan maksud dan tujuan utama dari pembinaan kehidupan spiritual.
Kehidupan spiritual tidak dapat terpisahkan dari kegiatan sehari-hari. Dimana mereka yang mulai menjalankan kehidupan spiritual, pada kegiatan sehari-harinya akan mulai menyadari banyaknya pertentangan dengan kebenaran yang sesungguhnya. Dimana pada akhirnya kita menyadari bahwa segala kebahagiaan yang kita lakukan dan kita cari selama ini bukan suatu yang abadi, bahkan kehidupan kita tidak akan abadi. Inilah awal kebangkitan kehidupan spiritual dalam beragama yang sebenarnya, yaitu menyadari akan makna dan tujuan kehidupan yang sebenarnya.
Para kaum intelektual telah mengetahui dan mengerti akan ketidak-abadian segalanya dan ketidak abadian kehidupannya. Sungguh sangat disayangkan bahwa mereka tidak berusaha untuk memahaminya dengan lebih mendalam. Mereka menerima kenyataan akan ketidak-abaidan kehidupannya, bagaikan menerima kenyataan bahwa matahari terbit di sebelah timur dan akan terbenam di sebelah barat.
Seharusnya mereka dapat mengembangkan lebih dalam lagi tentang kenyataan akan ketidak-abadian kehidupan. Mereka seharusnya memahami lebih dalam makna, tujuan, dan pencapaian dari kehidupannya.
Banyak pula para ahli yang tidak berpuas diri untuk menerima kenyataan bahwa matahari hanya akan terbit dan terbenam, sehingga mereka berusaha memahami lebih dalam tentang keadaan dan sifat dari matahari. Mereka yang memahami lebih dalam, akhirnya dapat mengetahui lebih dalam lagi tentang sinar dan panas dari matahari.
Dimana mereka akhirnya dapat mengungkapkan lebih banyak kebenaran, dibandingkan mereka yang hanya menerima kenyataan bahwa matahari hanya akan terbit di timur dan terbenam di barat. Dengan terungkapnya misteri sinar dan panas secara ilmu pengetahuan, lebih banyak lagi alat-alat baru yang tercipta dan sangat bermanfaat bagi manusia.
Para master spiritual tidak berbeda dengan para ahli tersebut. Mereka tidak hanya berpuas diri untuk menerima kenyataan tentang ketidak-abadian kehidupannya, dimana mereka terus mempelajari unsur-unsur lain yang terlibat dan berperan didalam kehidupannya. Dengan mempelajari kehidupannya, mereka dapat lebih memahami jati-diri mereka yang sebenarnya. Dengan mempelajari jati-diri yang sebenarnya, maka pintu kehidupan spiritual dalam beragama telah terbuka lebar-lebar dihadapannya. Selanjutnya terserah mereka, berapa jauh mereka sanggup menjalani kehidupan spiritual mereka.